Histories Of Volunteer : Langkah kecil untuk Menuai Hal yang Besar

Untuk apa kamu hidup?

Apa tujuan kamu hidup?

Seperti selalu dihantui oleh dua pertanyaan itu, ketika tidak disibukkan oleh aktivitas pertanyaan itu selalu hadir di pikiran saya. Usia saya sekarang 22 tahun dan saya masih tidak menyadari tujuan hidup saya selama ini untuk apa. Hingga akhirnya saya menemukan jawaban itu. Jawaban itu ada di notif WhatsApp, tepatnya di chat grup angkatan kuliah saya

“Open Requitment Relawan Nusantara”

Berulang ulang saya baca tulisan itu, program-program kemanusiaan yang tertulis di room chat itu membuat saya tertarik. Saya langsung bergegas mendaftarkan diri, melalui berbagai test hingga akhirnya saya diterima sebagai anggota baru. Pertama kali aksi yang saya ikuti membagikan nasi bungkus gratis kepada orang-orang yang layak mendapatkan di jalanan. Saya ingat betul kali pertama ketemu dengan tukang becak yang usianya sudah senja, beliau mangkal hingga malam hari, beliau bercerita singkat kehidupan sehari-harinya mulai dari lama bekerja hingga sudah mempunyai banyak cucu. Bertemu dengan pemulung yang  juga bekerja hingga larut malam mengorbankan tenaganya untuk keluarga di rumah mengorbankan waktu istirahat, mengorbankan waktu bercengkrama dengan keluarga sambil nonton sinetron kesukaan. Dan yang paling menyayat hati kala itu saya bertemu dengan orang yang sudah tidak punya tempat berteduh teriris hati saya mendengar cerita beliau, 2 tahun yang lalu terpaksa beliau menjual rumahnya untuk membayar hutang-hutang beliau. Ke 2 anaknya sudah tidak perduli dengan beliau bahkan mungkin tidak pernah mencarinya, di usianya yang sudah senja beliau hidup sebatang kara tanpa punya tujuan rumah untuk pulang, bisa dibilang harta berharga beliau hanya sebuah becak tua sebagai tempat menyimpan baju, beliau tidur di depan becak tua hanya dengan beralaskan karpet, hanya dengan berselimutkan sarung bisa dibayangkan bagaimana dinginnya tidur di pinggir jalan, bagaimana paniknya mencari tempat yang aman ketika hujan turun dimalam hari ketika sudah nyenyak tidur. Ketika saya bertanya kenapa tidak tinggal dengan anaknya beliau hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Begitu sabarnya beliau sama sekali tidak mengeluarkan kata kekecewaan terhadap anak yang sudah dirawatnya sejak bayi. Pernah juga berjumpa dengan seorang lansia yang hidupnya seorang diri, yang hanya mengandalkan sesuap nasi dan bantuan dari tetangga beliau, usia yang sudah senja tak lagi kuat untuk bekerja. Pengalaman aksi lain ketika berkunjung ke pelosok-pelosok yang masih sangat minim listrik ingat rasanya ketika mengeluh saat mati listrik, juga boros dalam penggunaan listrik, kita lupa dengan mereka yang dipelosok. Betapa banyak anak usia sekolah yang merelakan harinya bersekolah dengan lebih memilih membantu orang tuanya ke ladang demi perekonomian keluarga, dan juga tidak sedikit dari mereka yang masih buta huruf meskipun sudah kelas 3 SD, bahkan mereka tidak hafal dengan lagu kanak-kanak.

Pengalaman demi pengalaman saya dapatkan, tidak hanya pengalaman tapi juga pelajaran bagaimana menghargai sekecil apapun yang kita punya. Ilmu bersyukur yang paling banyak saya dapatkan, teriris rasanya hati ini jika mengingat seringkali membuang makanan, mencaci makanan, dan bahkan mengeluhkan keadaan. Karna ternyata yang saya caci, yang saya keluhkan terkadang orang lainlah yang sangat menginginkan itu, tapi susah ia capai. Sedangkan saya menyia-nyiakannya. Astagfirullah...

Banyak bertemu dengan penerima manfaat yang sangat menginspirasi, juga dengan teman-teman relawan shaleh-shaleha, mereka semua sangat berdampak baik dalam hidup saya, bagi saya ini salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada saya. Hingga akhirnya saya sadar bahwa ini adalah jawaban dari 2 pertanyaan yang selama ini menghantui saya. Yeah mencari Ridho Allah dengan membantu sesama. Allah menjawab kebingungan saya melalui notif grup angkatan yang akhirnya mampu memberikan pengalaman-pengalaman berharga kepada saya. Allah membuka mata hati untuk tidak mengeluh melalui orang-orang yang kurang berkecukupan, Allah mengetuk hati untuk selalu bersyukur  melalui orang-orang tidak seberuntung saya. Dengan kita membantu orang lain yang lebih membutuhkan hal itu salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah.

Tahun 2017 lalu saya memutuskan untuk menjadi seorang relawan, eh ralat lebih tepatnya menjadi anggota relawan karna jujur saja sampai saat ini belum bisa menganggap diri saya sendiri adalah seorang relawan, cuman untuk saat ini sedang bergabung di komunitas relawan. Karna bagiku orang lainlah yang berhak menilai saya seorang relawan atau bukan. Kenapa? Karna masih seringkali keluar niat yang salah, seringkali ada bisikan-bisikan pamer foto aksi terlintas di dalam diri saya, seringkali ada rasa sombong di dalam diri saya karna sudah bisa membantu orang lain. Itu seringkali terjadi, tapi seringkali juga saya menahannya untuk tidak. Mungkin karna saya seorang manusia biasa yang sangat tidak mudah mengendalikan diri. Tapi satu hal yang saya selalu tanamkan dalam diri saya bahwa ketika saya sudah tergerak bisa membantu orang lain itu artinya yang tertolong adalah saya sendiri, Allah menolong saya dari sifat angkuh dan apatis. Kita percaya bahwa Allah itu adil dalam menciptakan dunia dan seisinya; ada kaya dan ada miskin. Allah menciptakan orang yang berkecukupan tidak lain supaya membantu yang kurang mampu karna rezeqi orang lain terkadang ada ditangan kita. Kita sebangai manusia jangan sampai lupa memanusiakan manusia, terus lihatlah kanan-kiri-depan-belakang di luar rumah dan lihatlah terus ke bawah untuk mengingat yang di atas. Teruslah menebar kebaikan karna kita tidak tahu kebaikan mana yang bisa membawa kita ke surga-Nya.

Jika hidup ini tujuannya bukan untuk mencari ridho Allah, lalu untuk apa lagi?

Jangan hanya hidup senang sendirian berbagilan kesenangan denga orang disekeliling kamu, laluilah jalanan panjang di dunia ini dengan kebaikan-kebaikan kamu, akhir perjalanan yang sebenarnya hanyalah akhirat. Pilihannya pun hanya ada; Surga dan Neraka. Masih kah kita tidak mau memperdulikan bekal apa yang akan kita bawa sampai di akhirat?

Dunia adalah tempat kita berlomba-lomba dalam kebaikan, berlomba-lomba saling menolong dan merangkul sesama, untuk apa? untuk sama-sama berkumpul lagi di akhirat yaitu di surga-Nya. Surga itu sangatlah luas jangan mau masuk surga sendirian ajaklah saudara-saudara kita salinglah merangkul.Teman, waktu kita tidak banyak lagi, mulailah dari sekarang, tinggalkan hal-hal yang hanya membuat kesenangan sesaat, kesenangan yang tidak berdampak pada bekal menuju akhiratmu. Buanglah kegiatan-kegitan yang tidak mendekatkanmu kepada-Nya. Tanamkanlah keperdulian kita untuk saling menolong sesama dan janganlah berharap balasan dari orang yang kita tolong karna sebaik-baik balasan hanya dari Allah. Perlu diingat menolong orang tidak ada ruginya, sekalipun feedback nya tidak baik karena akan ada hikmah dibalik itu semua. Jika kita mempermudah urusan orang lain, maka urusan kita juga akan dipermudah. Mulailah dengan hal-hal kecil. 

“Kita seringkali sibuk memikirkan hidup enak,

hingga lupa cara memikirkan mati enak”

 


 

 



Posting Komentar

Tinggalkan jejak disini :)
Posting Komentar