Ketakutan yang ada di dalam diri sendiri, nyatanya kita sendiri yang menciptakan. pikiran takut yang terus menerus berputar di kepala akan berakhir membusuk di dalam diri sendiri, seperti membuat jalan melingkar tanpa ujung, berputar tanpa tujuan akhir. Ketiks dari dulu dibiasakan apa-apa untuk orang lain, misalkan banyaknya tindakan terpuji untuk orang lain, hidup berusaha keras menjadi orang paling pintar, sekolah paling tinggi untuk orang tua bangga, untuk disenangi orang sekitar, agar hidup layak, agar dibanggakan keluarga. Sampai akhirnya ada di titik "apa ini baik untuk aku?"
Hal yang kamu tanam selama ini hanya sebuah label kebaikan untuk diri sendiri, kenyataannya kamu terlalu perduli dengan keinginan orang disekitarmu agar yang kamu capai disambut baik, tanpa mereka perdulikan kamu merasa senang dengan yang dicapai atau tidak. kamu saja tidak tau cara bagaimana menerima kenyataan ketika rencanamu meleset, kamu menyalahkan dirimu sendiri, apa itu yang dimaksut dengan kerja keras untuk kebaikan diri sendiri?. Berkata tidak-pun menjadi mantra paling kamu hindari selama ini, kamu iyakan segalanya sekalipun kamu merasa tidak nyaman. merasa menjadi manusia gagal jika kamu berbuat kesalahan, merasa menjadi manusia tidak guna jika kamu mengecewakan orang lain. merasa tidak siap dianggap sebagai manusia jelek di dunia ini. pada kenyataannya diri ini hanya seorang manusia, yang perlu tau bagaimana cara bersedih dengan baik, bagaimana cara gagal dengan baik, bagaimana cara kecewa dengan baik, bagaimana cara marah dengan baik. menata kembali jiwa yang rapuh, cukup bekerja keras untuk memenuhi diri sendiri, karna memenuhi ekspektasi orang lain bukan tugas kita. beres-beres kesalahan yuk, bebenah mana yang perlu kita perjuangkan untuk diri sendiri dulu, baru orang lain.
Tapi jangan salah ya merawat kesehatan mental dengan cara memanusiakan bukan dengan memanjakan.